Menerapkan Pemikiran Bung Hatta Dalam Menuju Rakyat Indonesia Yang Bahagia

MENERAPKAN PEMIKIRAN BUNG HATTA DALAM MENUJU RAKYAT INDONESIA YANG BAHAGIA

Prof. Dr. Maizar Rahman (Ketua Yayasan Proklamator Bung Hatta)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmaanirrahim, Wassalatu wassalamu ‘ala asrafil ambiyyai wa mursaliin, wa‘ala ali wassahbihi ajmaiin.

Yth, Bapak H. Amri Aziz, Ketua Umum DPP FAMM.

Yth, Bapak-Bapak Narasumber, Bapak Prof. Fasli Jalal, Bapak Guspardi Gaus, dan Bapak Prof. Musril Zahari.

Yth, Bapak-bapak Penanggap, Bapak Dr. Iramady Irdja, Bapak Norman Zainal, Bapak Dr. Umar Aris, dan Bapak Dr. Fikri Bareno.

Yth, Bapak dan Ibu Pengurus DPP FAMM

Yth, Bapak dan Ibu Panitia Mubes FAMM

Yth, Bapak dan Ibu peserta Mubes FAMM dan para hadirin sekalian yang kami hormati.

Pertama-tama ucapan terima kasih saya kepada Panitia atas undangan dalam pertemuan yang penting ini, dan juga kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat berkumpul dalam musyawarah besar Forum Alumni Mahasiswa Minangkabau ini.

Hadirin yang kami hormati.

Di awal sambutan ini, Panitia minta saya sedikit bercerita tentang pengalaman kerja saya. Selesai dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1974 dan ditugasi di Lemigas, disuruh mengambil S2 dan S3 di Perancis. Setelah itu langsung bertugas di penelitian selama 28 tahun termasuk memimpin lembaga penelitian teknologi migas LEMIGAS. Alhamdulillah, Lembaga ini banyak membantu kebijakan pemerintah di bidang migas maupun dukungan teknologi ke industri migas .

Penugasan selanjutnya adalah di bidang diplomasi internasional sebagai Akting Sekjen di OPEC, Gubernur OPEC dan kemudian di bidang korporasi sebagai preskom di Chandra Asri Petrochemical dan sebagai komisaris di Pertamina, semuanya juga sebagai penugasan Pemerintah. Pada usia saya di atas 70 tahun, aktivitas di bidang energi dan sosial tetap diminta walau sifatnya lebih konsultatif.

Semua karir itu berjalan begitu saja tanpa direncanakan dan tanpa dikejar karena sebagai PNS kita menganut prinsip ‘manut dan patuh’ pada penugasan. Tapi kunci-kuncinya agar terpilih memang harus menyiapkan diri agar memiliki kemampuan akademis yang baik, profesionalitas dalam menangani tugas, komunikatif, dan kerja keras. Dan itu berlaku dimana saja, baik di tataran nasional maupun internasional. Kata orang, karir atau kesempatan adalah kesiapan seseorang untuk menerima setiap peluang yang lewat .

Tapi tentu tidak diragukan bahwa bagi kita semua, doa orang tua sangat menentukan dalam jalan hidup kita. Semoga para orang tua kita, mereka mendapat tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.

Hadirin yang kami hormati,

Kemudian, pada tahun 2016 saya diminta sebagai Ketua Umum Yayasan Proklamator Bung Hatta. Yayasan ini bertujuan menggali dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan yang telah diwariskan para tokoh perjuangan bangsa, mendidik, melatih dan mensosialisasikannya kepada generasi penerus bangsa, dengan harapan terbekalnya calon-calon pemimpin bangsa menjadi pribadi berkarakter luhur dan mulia dan mampu mengangkat bangsa Indonesia menjadi negara yang bermartabat, kuat , adil, sejahtera dan bahagia.

Bung Hatta adalah satu dari founding fathers yang selalu berada di tengah gejolak perjuangan bangsa sampai dengan kedaulatan bangsa dicapai, bahkan juga sampai dengan negara kesatuan yang diproklamasikan didapatkan kembali. Kita tidak hanya ingin mengenang kelahiran seorang besar, tetapi juga mencoba memahami kembali apa artinya berjuang mendirikan negara nasional, yang bersatu, demokratis, dan berkeadilan.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX almarhum, Sultan Yogya yang ikut berjuang sepenuhnya untuk kemerdekaan Indonesia, memberikan kesan-kesannya bahwa Bung Hatta adalah seorang pemimpin nasional yang berwatak dan berbudi luhur yang mengutamakan perjuangan kita dan keadaan rakyat. Kata Sri Sultan, bila semua orang berjiwa seperti Bung Hatta, tak ada kekuatan di dunia yang dapat mematahkan revolusi kemerdekaan kita. ….beliau tidak memikirkan diri sendiri namun pasrah kepada Tuhan.

Dalam kesan-kesan yang diberikan 55 tokoh di dalam buku peringatan Satu Abad Bung Hatta ditegaskan bahwa Bung Hatta adalah “ Bapak Kedaulatan Rakyat”.

Bung Hatta mengatakan rakyat itu jantung hati bangsa. Dan rakyat itulah yang menjadi ukuran tinggi rendah derajat kita, hidup atau matinya Indonesia Merdeka, semuanya tergantung kepada semangat rakyat. Penganjur-penganjur dan golongan kaum terpelajar baru akan berarti, kalau di belakangnya ada rakyat yang sadar dan insyaf akan kedaulatan dirinya. Karena itu Bung Hatta mengatakan bahwa “dalam pembangunan nasional yang kita bangun adalah manusianya. Pembangunan ekonomi dan pembangunan-pembangunan non ekonomi adalah derivat dari tugas membangun manusia (rakyat)”.

Bung Hatta dikenal sebagai sosok yang amat piawai dan berperan penting dalam mengawal persatuan bangsa di fase- fase memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang terancam oleh pemerintah kerajaan Belanda yang tidak rela Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Bung Hatta juga menghasilkan berbagai pemikiran dan arahan yang sangat berharga secara terus- menerus dalam penataan negara ini baik pada saat proklamasi kemerdekaan oleh beliau bersama Bung Karno maupun pada era pembangunan negara. Bung Hatta mengingatkan agar sesudah era revolusi selesai bangsa Indonesia harus cepat memasuki periode pembangunan agar pembangunan bisa merata ke seluruh negeri.

Para hadirin yang kami hormati,

Di negara kita ini, hampir setiap hari kita mendapat berita yang tidak membahagiakan. Kecelakaan di darat, laut dan udara, polusi sungai, kebakaran di mana-mana, banjir dan longsor, jembatan ambruk, pabrik tutup, keracunan minuman, narkoba yang merusak generasi penerus, penipuan dengan investasi bodong, travel umrah bodong, tenaga kerja TKI ditipu, vaksin

palsu, ijazah palsu, impor ilegal, begal motor, korupsi pejabat di segala lini, teror dan masih banyak lagi kalau didaftar semuanya.

Selain bencana alam yang merusak dan sebagian masih belum terkendali ada pula bencana kemiskinan dan kebodohan yang tak terselesaikan dalam waktu singkat. Korupsi juga merupakan bencana besar bagi banyak orang yang terdampak oleh perilaku manusia yang rakus dan tidak bermartabat itu yang melakukan korupsi apalagi kalau bersifat mewabah pula.

Sementara itu, kita menyaksikan di berbagai negara situasi yang jauh lebih membahagiakan dengan menerapkan kaidah- kaidah kehidupan yang baik. Misalnya di Jepang, sangat mengutamakan kejujuran, kesetiaan, ketulusan dan komitmen, serta diterapkannya prinsip visi zero, yaitu zero defect, zero late, zero fail, zero waste, zero loss, zero accident, zero hoax, zero narcotics, zero conflicts dan tentu saja zero corruption. Tas uang tertinggal di stasiun kereta api misalnya, dapat kembali ke pemiliknya.

Para hadirin yang kami hormati,

Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Makna yang terkandung dalam ayat tersebut sangat dalam yakni sistem ekonomi yang dikembangkan seharusnya tidak berbasis persaingan serta berlandaskan individualistis, dan bahwa Koperasi adalah sokoguru perekonomian Bangsa.

Mengapa Koperasi kita kurang berkembang dan hanya berkontribusi sekitar 5 % (sumber lain bahkan melaporkan

hanya 1 %) dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional ? Kepesertaan rakyat pada Koperasi juga rendah, yaitu hanya 8,4 %. Sedangkan angka global mencapai 16,3 %, di mana banyak perusahaan dan bank raksasa adalah koperasi. Kondisi koperasi kita ini kontradiktif dengan konstitusi kita tersebut.

Karena itu, dalam rangka mengembalikan Demokrasi Ekonomi menjadi arus utama dalam perekonomian Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi, peran seluruh partai politik sangatlah utama dalam membangun Demokrasi Ekonomi tersebut demi tegaknya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Para hadirin yang kami hormati,

Dalam semua situasi yang dihadapi masyarakat di berbagai penjuru dunia, unsur manusia sangatlah berperan, terutama akhlak dan kemauan kuat untuk mengendalikan diri. Sering terlihat di media betapa kekacauan dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara terjadi karena manusia yang bertugas sebagai pejabat belum siap sebagai pemimpin dalam menjalankan tata krama dan akhlak dalam mengelola negara yang menjadi tanggung jawabnya.

Seorang pejabat harus memiliki jiwa kepemimpinan yang mengabdi kepada rakyat, takhta untuk rakyat, ia harus menjadi pemimpin yang menghormati rakyat sebelum rakyatnya menghormati dirinya. Ia harus merasa bahwa mereka yaitu rakyat yang dikelolanya mengandalkan dirinya untuk membawa mereka pada kesejahteraan hidup.

Para hadirin yang kami hormati,

Indonesia akan mengalami bonus demografi mulai tahun 2030 yang dapat membawa Indonesia menjadi negara terkuat No. 4 ekonomi di dunia. Namun sebaliknya Indonesia dapat menjadi negara gagal apabila tidak dapat dihasilkan generasi muda yang berkualitas, berkompetensi tinggi, berkarakter mulia dan luhur.

Kita ingat, berterima kasih dan hormat kepada Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Bung Natsir, dan banyak founding fathers lainnya yang bersama-sama dengan kompak telah memperjuangkan Indonesia dengan darah dan jiwa mereka menjadi negara berdaulat yang kita wariskan saat ini. Semangat juang, karakter, pribadi luhur yang ditunjukkan oleh mereka adalah nilai-nilai yang diperlukan dimiliki oleh generasi sekarang maupun generasi penerus demi terus tegaknya negara dan bangsa ini. Bung Hatta berpesan bahwa tanggung jawab generasi sekarang adalah kepada generasi yang telah mempusakakan negara ini dan kepada generasi yang akan datang agar tanah air ini dipelihara dan diteruskan sebagai pusaka bangsa.

Para hadirin yang kami hormati,

Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam acara Mubes yang sangat penting in dengan harapan besar munculnya banyak Bung Karno muda, Bung Hatta muda dan pemimpin- pemimpin harapan bangsa, generasi yang memiliki semangat, karakter mulia dan cita-cita seperti para founding fathers kita tersebut demi tercapainya apa yang dicita-citakan mereka, baik itu demokrasi politik, demokrasi kerakyatan dan demokrasi ekonomi dan berbagai arahan lainnya demi menjadi nyatanya negara kita ini menjadi negara yang bermartabat, berdaulat, sejahtera dan bahagia yang

semuanya secara jelas sudah tertuang dalam undang-undang dasar 1945.

Wabillahittaufik wal hidayah, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Final MUBES FAMM Sambutan PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BUNG HATTA.

Sutan Sjahrir: Masa Muda, Kiprah, Penculikan, dan Akhir Hidup

Maria Duchateau saat tiba di Bandara Schipol, Belanda (kiri) dan Sutan Sjahrir (kanan).
Maria Duchateau saat tiba di Bandara Schipol, Belanda (kiri) dan Sutan Sjahrir (kanan).(geheugenvannederland.nl/Wikipedia)

Sutan Sjahrir adalah seorang pemimpin dan perdana menteri kemerdekaan revolusioner Indonesia. Ia digambarkan sebagai seorang intelektual Indonesia yang idealis. Sutan Sjahrir menjadi perdana menteri Indonesia pertama pada 1945, setelah berkarier sebagai penyelenggara utama nasionalis Indonesia tahun 1930-an dan 1940-an. Dari situ, Sjahrir mulai bekerja keras sebagai Perdana Menteri untuk memastikan Indonesia memenuhi namanya.  Ia dianggap sebagai seorang intelektual karena Sjahrir lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan politiknya. Sjahrir mengutamakan negaranya di atas kebutuhannya sendiri.

Awal Hidup

Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909.  Sjahrir merupakan putra dari pasangan Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah.  Sang ayah menjabat sebagai penasehat Sultan Deli dan kepala jaksa (landraad) di Medan.  Pada awal 1926, Sutan Sjahrir menyelesaikan pendidikannya di MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda.  Setelah itu, ia ke sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung. AMS menjadi sekolah termahal pada waktu itu di Hindia Belanda.  Di AMS, Sjahrir bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan aktor.  Setiap hasil pementasan digunakan Sjahrir untuk membiayai sekolah yang ia dirikan, Tjahja Volksuniversiteit atau Cahaya Universitas Rakyat.  Di kalangan sekolah AMS, Sjahrir menjadi seorang bintang.  Ia menjadi murid yang aktif dalam klub debat di sekolahnya.  Sjahrir juga terjun dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis untuk anak-anak dari keluarga yang tidak mampu dalam Tjahja Volksuniversiteit.  Pada 20 Februari 1927, Sjahrir masuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong Indonesië.  Perhimpunan ini kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia, kongres monumental yang mencetus Sumpah Pemuda 1928.

Pengasingan 

Pada 1929, Sjahrir sampai di Belanda untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Amsterdam. Kemudian, ia menjadi mahasiswa hukum di Universitas Leiden. Sutan Sjahrir sempat menjadi sekretaris Perhimpunan Indonesia, sebuah organisasi pelajar Indonesia di Belanda.  Sjahrir juga menjadi salah satu pendiri Jong Indonesia, sebuah perkumpulan pemuda Indonesia untuk membantu perkembangan pemuda Indonesia untuk generasi berikutnya. Selama aktivitas politiknya sebagai mahasiswa di Belanda, Sjahrir menjadi lebih dekat dengan aktivis kemerdekaan, Mohammad Hatta. Pada 1931, Sjahrir kembali ke Indonesia. Sekembalinya Sjahrir ke Indonesia, ia bergabung ke dalam organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) pada Juni 1932 yang kemudian diketuainya.  Pada 1932, Mohammad Hatta yang juga telah kembali ke Indonesia, turut memimpin PNI Baru.  Bersama dengan Hatta, Sjahrir mengemudikan PNI Baru sebagai organisasi pencetak para kader pergerakan.  Karena merasa takut akan potensi revolusioner PNI Baru, pada Februari 1934, pemerintah Belanda menangkap dan mengasingkan Sjahrir beserta Hatta. Mereka menghabiskan masa pembuangan selama enam tahun di Banda Neira, Kepulauan Banda.

Proklamasi Indonesia

Pada masa pendudukan Jepang, Sjahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis (gerakan radikal ideologi nasional).  Sjahrir meyakini bahwa Jepang tidak akan memenangkan perang.  Oleh karena itu, kaum pergerakan harus mempersiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di waktu yang tepat.  Saat itu, Sutan Sjahrir mengetahui perkembangan Perang Dunia secara sembunyi-sembunyi dengan mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri.  Berita ini kemudian disampaikan Sjahrir kepada Moh. Hatta.  Sjahrir yang didukung dengan para pemuda lain mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus, karena Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.  Soekarno dan Hatta yang belum mendengar berita menyerahnya Jepang pun tidak melakukan apa-apa.  Mereka menunggu keterangan dari pihak Jepang. Proklamasi juga harus dilakukan sesuai prosedur lewat keputusan Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), bentukan Jepang.  Rencana PPKI, kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan pada 24 September 1945.  Tindakan yang dilakukan oleh Soekarno dan Hatta ini membuat para pemuda merasa kecewa.  Sebab itu, agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang, Sjahrir bersama para pemuda lain menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945. Mereka diasingkan ke Rengasdengklok. Setelah didesak oleh para pemuda, Soekarno dan Hatta pun setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yaitu pada 17 Agustus 1945.  Baca juga: Tan Malaka: Masa Muda, Perjuangan, Peran, dan Akhir Hidupnya.

Penculikan Soekarno dan Hatta

Pada 26 Juni 1946, setelah Sjahrir menjadi Perdana Menteri Indonesia, ia diculik oleh oposisi Persatuan Perjuangan yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan Kabinet Sjahrir II.  Peristiwa ini terjadi di Surakarta. Diplomasi Sutan Sjahrir dianggap sangat merugikan perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu.  Kelompok ini ingin mendapat pengakuan kedaulatan penuh yang dicetuskan oleh Tan Malaka.  Sedangkan Kabinet Sjahrir II hanya menuntut pengakuan atas Jawa dan Madura.  Perdana Menteri Sjahrir ditahan di suatu rumah peristirahatan di Paras. Ia diculik oleh kelompok Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soedarsono dan 14 pimpinan sipil.  Salah satu di antara mereka adalah Tan Malaka.  Presiden Soekarno yang mendengar kabar penculikan ini merasa sangat marah.  Ia memerintahkan Polisi Surakarta untuk menangkap para pimpinan tersebut.  Pada 1 Juli 1946, ke-14 pimpinan berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan.  Sehari kemudian, 2 Juli 1946, tentara Divisi 3 dipimpin Mayor Jenderal Soedarsono menyerang Wirogunan dan membebaskan ke-14 pimpinan yang ditahan.  Pada 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti senjata dan ditangkap di dekat Istana Presiden di Yogyakarta.

Diplomasi

Setelah tragedi penculikan, Sjahrir hanya bertugas menjadi Menteri Luar Negeri.  Tugas Perdana Menteri pun diambil alih Presiden Soekarno.  Namun, pada 2 Oktober 1946, Soekarno kembali menunjuk Sjahrir untuk menjadi Perdana Menteri agar dapat melanjutkan Perundingan Linggarjati.  Perundingan ini kemudian berhasil ditandatangani pada 15 November 1946.  Agar Republik Indonesia tidak runtuh, Sjahrir menjalankan siasatnya.  Sebagai ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), ia menjadi pencetus perubahan Kabinet Presidensil menjadi Kabinet Parlementer.  Kabinet Parlementer bertanggung jawab kepada KNIP sebagai lembaga yang punya fungsi legislatif.  RI sendiri juga menganut sistem multipartai.  Kepada massa rakyat, Sutan Sjahrir selalu menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti kekerasan.  Dengan siasat-siasat tersebut, Sjahrir berusaha menunjukkan ke dunia intenrasional bahwa revolusi Republik Indonesia adalah perjuangan suatu bangsa yang beradab dan demokratis. Belanda kerap melakukan propaganda bahwa orang-orang di Indonesia merupakan gerombolan yang brutal, suka membunuh, merampok, dan lainnya.  Untuk mematahkan propaganda tersebut, Sjahrir menginisiasi penyelenggaraan pameran kesenian yang kemudian diliput dan dipublikasikan oleh para wartawan luar negeri.

Akhir Hidup

Tahun 1955, Partai Sosialis Indonesia gagal mendapat suara banyak dalam pemilihan umum pertama di Indonesia.  Tahun 1962 sampai 1965, Sjahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili sampai mengalami stroke.  Sutan Sjahrir ditangkap karena partai yang ia dirikan, Partai Sosialis Indonesia diduga telah terlibat dalam pemberontakan PRRI.  Setelah itu, Sjahrir diizinkan untuk berobat ke Zürich Swiss. Sjahrir meninggal di Swiss pada 9 April 1956.  Di tanggal yang sama, melalui Keppres Nomor 76 Tahun 1966, Sutan Sjahrir dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. 

Sumber :

https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/22/080000479/sutan-sjahrir–masa-muda-kiprah-penculikan-dan-akhir-hidup?page=all#page2

Penulis Verelladevanka Adryamarthanino | Editor Nibras Nada Nailufar

Kompas.com – 22/06/2021, 08:00 WIB