Bung Hatta dan Sepatu Bally, Cermin Kesederhanaan Sang Proklamator …

Sabtu, 17 Agustus 2019 | 08:12 WIB

KOMPAS.com – Proklamator Republik Indonesia Mohammad Hatta sangat dikenal dengan gaya hidupnya yang amat sederhana.

Sifat itu terus bertahan, baik sebelum, saat, maupun setelah dia menjabat sebagai Wakil Presiden pertama Indonesia.

Salah satu cermin kesederhanaan Bung Hatta bisa dilihat dari cerita tentang sepatu Bally yang begitu disukainya.
Pada tahun 1950-an, Bally sudah menjadi sebuah merek sepatu bermutu tinggi yang terkenal di Indonesia. Harganya pun tidak murah.

Bung Hatta ingin memilikinya. Tak sengaja, dia membaca iklan sepatu itu di koran. Di dalamnya ada informasi tentang tempat penjualan sepatu tersebut.

Hatta yang kala itu belum mempunyai cukup uang, lalu menggunting dan menyimpan potongan iklan tersebut.

Mungkin, maksudnya agar jika sudah ada rejeki maka dia tak perlu repot-repot mencari tempat di mana sepatu itu dijual.

Sayangnya, uang tabungan Hatta tidak pernah mencukupi. Selalu saja terambil untuk keperluan rumah tangga, atau untuk membantu kerabat yang datang meminta pertolongan.

Dalam buku ”Untuk Republik: Kisah-Kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa” karya Faisal Basri dan Haris Munandar, salah satunya ditampilkan kisah kesederhanaan Bung Hatta.

Dalam buku itu diceritakan, bahwa hingga akhir hayatnya, Hatta tidak pernah memiliki sepatu merek Bally yang diimpikannya.

Tak lama setelah wafat pada 14 Maret 1980, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, yang dulu disimpannya.

Bung Hatta memilih untuk tidak memilikinya. Padahal, dengan jabatannya sebagai wakil presiden, apalagi dia juga berasal dari keluarga yang tak kekurangan, bukan perkara sulit untuk mendapatkan sepatu itu.

Hatta bersikukuh memilih untuk tidak memilikinya karena dia memilih untuk hidup sederhana.

Selain sifat sederhana, Hatta juga dikenal sebagai tokoh yang bersih dan jujur.

Hal ini ditunjukkan Hatta ketika memarahi sekretarisnya saat di pemerintahan, I Wangsa Wijaya, yang menggunakan tiga lembar kertas Sekretariat Negara (Setneg).

Wangsa menggunakan kertas itu untuk membuat surat kantor wapres. Hatta kemudian mengganti tiga lembar kertas Setneg tersebut dengan uang kas wapres.
Meski terkesan remeh, Hatta selalu berusaha untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Kertas usang di dompet Hatta menjadi saksi kesederhanaan seorang Hatta, Sang ProklamatorRepublik Indonesia.

Editor: Glori K. Wadrianto
Sumber:
Intisari Online,Harian Kompas
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/17/081222820/bung-hatta-dan-sepatu-bally-cermin-kesederhanaan-sang-proklamator?page=2

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *